LANDASANTEORI A. Deskripsi Teori 1. Reward a. mengerjakan tugas dengan baik atau bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 21 Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 273. 18 ABSTRAK Adapun latar belakang dari penelitian ini yaitu adanya temuan peneliti di SMP 1 Beteleme bahwa banyak siswa yang belum mampu menulis dengan baik dan benar, sehingga mengindikasikan bahwa pembelajaran keterampilan menulis kurang berhasil. Pada umumnya, siswa di sekolah tersebut kurang terampil dalam hal menulis narasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang berdampak pada kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu media pembelajaran yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme adalah dengan menggunakan media Foto Keluarga. Dengan media Foto Keluarga, siswa dapat lebih mudah dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, sehingga menjadi sebuah tulisan yang berbentuk narasi. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan media Foto Keluarga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme?. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme melalui media Foto Keluarga. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK. Penelitian ini dilaksanakan di SMP 1 Beteleme. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dengan jumlah siswa sebanyak 22 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, tes hasil belajar, dan jurnal refleksi diri. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan media Foto Keluarga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme. Hal ini terbukti dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa yang terus mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Pada prasiklus, dari 22 siswa didapati nilai rata-rata 64,86, jumlah siswa yang tuntas 2 orang 9,09 % yang belum tuntas 20 siswa atau 90,90 %. Selanjutnya, hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan yakni diperoleh nilai rata-rata 75,86, siswa yang tuntas naik menjadi 12 Siswa atau 54,54 %. Pada siklus I, nilai rata-rata 92,22 dan siswa yang tuntas meningkat menjadi 22 siswa atau dalam artian bahwa 100 % memperoleh nilai dengan tuntas. ABSTRACT The background of this study is the finding of researchers at SMP 1 Beteleme that many students who have not been able to write well and correctly, thus indicating that less successful learning writing skills. In general, students in these schools are less skilled in terms of narrative writing in learning Indonesian impacting on the lack of involvement of the student in learning to write. Therefore, it is necessary to apply an effective learning media and can support learning activities. One medium that can be used to improve writing narratives on subjects Indonesian students of class VII SMP 1 Beteleme is to use the media family photos. Family Photos with media, students can more easily express what he had in mind, so that it becomes a literary narrative. The main problem in this study is whether the use of family photos media can improve student learning outcomes in narrative writing on Indonesian subjects in class VII SMP 1 Beteleme ?. The purpose of this research is to improve the skills of writing narrative in class VII SMP 1 Beteleme through the medium of family photos. The study design used is a Class Action Research PTK. This study was conducted in SMP 1 Beteleme. Subjects in this study were students of class VII with the number of students as many as 22 students. The instrument used in this study was the observation sheets, test results of learning and self-reflection journal. The type of data in this study is qualitative data and quantitative data. Based on the research that has been conducted, use of family photos media can improve student learning outcomes in learning to write narratives on subjects Indonesian students of class VII SMP 1 Beteleme. This is evident from the results of learning obtained by students who continue to increase in each cycle. At prasiklus, of 22 students found the average value of the number of students who completed 2 who have not completed 20 students or Furthermore, the study in the first cycle has increased the average values obtained students who completed rose to 12 students or In the first cycle, the average value of and students who pass increased to 22 students or in the sense that the 100% gain value completely. ViewTUGAS MAKALAH KELOMPOK 3 LANDASAN PSIKOLOGI-LANDASAN ILMIAH ILMU PSY PENDIDIKAN at State University of Medan. Makalah LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN Disusun untuk memenuhi. Study Resources. Main Menu; by School; by Literature Title; by Subject; Textbook Solutions Expert Tutors Earn.
BAB II PEMBAHASAN PSIKOLOGI SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN Psikologis dalam dunia ilmu pendidikan, yaitu minat dan kemandirian. Minat sangat berkaitan dengan masalah bahan ajar, alat ajar, situasi, kondisi, serta guru. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran ialah alasan atau rasional mengapa media pembelajaran dipergunakan ditinjau dari kondisi pembelajaran dan bagaimana proses belajar itu terjadiMengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan,dan sebagainya. Psikologi pendidikan sebagai Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seorang itu dalam proses pembelajaran, memiliki sumbangsih yang sangat banyak terhadap berbagai prilaku peserta didik dalam belajar, desain ini terlebih lagi mengarah kepada teknologi yang dirancang juga memperhatikan berbagai metode pengajaran dari berbagai gaya belajar peserta didik. Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis. Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif. Bahkan Wens Tanlain, mengemukakan bahwa semakin umum tujuan pendidikan, maka semakin bersifat filosofis dan sosiologis. Sebaliknya semakin dekat dan semakin spesifik tujuan pendidikan,maka semakin bersifat analisa psikologis. Di dalam praktek pendidikan, anak didik belajar dengan bimbingan. Kegiatan-kegiatan belajar tertentu yang dilakukan oleh anak didik untuk mencapai tujuan tertentu juga dengan bimbingan, tuntunan pendidik. Dengan demikian, anak didik dan pendidik mengetahui hasil kegiatan-kegiatannya konteks di atas, tujuan pendidikan yang bersifat umum filosofis sosiologis perlu dinyatakan secara jelas spesifik. Dengan analisis psikologis tentang tingkah laku manusia dan isi tingkah laku itu, pendidik dapat menetapkan dan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan. Jadi tujuan-tujuan pendidikan yang dinyatakan berdasarkan analisis peikologis memberi tuntunan bagi pendidik dan anak didik tentang apa yang hendak dicapai, kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, dan tentang kemajuan yang dicapai oleh anak didik. KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Dalam kehidupan manusia ada dua proses perubahan yang berlangsung secara kontinu, yaitu “pertumbuhan” dan “perkembangan”. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan secara pilah berdiri sendiri,akan tetapi dapat dibedakan untuk memperjelas penggunaan kedua istilah tersebut. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat dan kekuatannya, tentang sistem jaringan syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmanai lainnya. Dengan demikian pertumbuhan dapat difahami sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik. Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ itu sendiri. Jadi penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan merupakan proses perubahan sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. .PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN ANAK Secara garis besar perkembangan itu memiliki prinsip-prinsip antara lain Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur dan terus-menerus sepanjang hayat.. Dalam hal ini perkembangan mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagian-bagian. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung berangsur-angsur secara teratur dan terus menerus. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akan menghambat pula perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat perkembangan, akan sukses pula pada perkembangan berikutnya. Perkembangan itu antara anak satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannnya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan dan kematangan Untuk aspek tertentu perkembangan wanita lebih cepat daripada pria individu yang normal mengalami semua fase perkembangan Aliran-aliran perkembangan individu Secara garis besar perkembangan menurut aliran asosiasi,gelstalt dan sosiologis Konsepsi aliran asosiasi Menurut aliran ini, perkembangan adalah proses ahli yang mengikuti aliran ini yang primer adalah ada lebih dahulu sedangkan keseluruhan ada lebih ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan oleh bagaimana terbentuknya pengertian lonceng. Konsepsi aliran gestalt dan neo gestalt menurut aliran gestalt perkembangan adalah proses menurut aliran neo gestalt yang dirintis oleh kurt lewin yaitu proses diferensiasi itu masih ditambah proses stratifikasi. Konsepsi aliran sosiologi perkembangan adalah proses mula-mula bersifat asosiasi kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan. EFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia,karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Adapun aliran-aliran yang dimaksud adalah sebagai berikut . Aliran Empirisme Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. Aliran Nativisme Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. c. Aliran Naturalisme Aliran ini dipelopori oleh Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. d. Aliran Konvergensi Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
Pandanganpragmatis/eksperimental hal yang menarik bagi pendidik yaitu saat kita belajar mengenai landasan filosofis pendidikan. Source: yang lebih luas dari pendidikan jasmani akan mencakup instruksi dalam pengembangan dan perawatan tubuh, dari latihan kalistenik sederhana hingga pelatihan kebersihan, senam, dan.
Konsep dasar ilmu psikologi pendidikan memberi pemahaman tentang anak sebagai pelajar, bagaimana anak belajar, bagaimana guru memotivasi anak belajar dan bagaimana guru mengevaluasi hasil mempelajari ilmu psikologi dalam pendidikan adalah untuk memahami dan meningkatkan proses belajar dan dapat disimpulkan dengan memahami teori dan ilmu psikologi, pendidik akan memahami perannya yang sesungguhnya yaitu membuat peserta didik mau dan tahu bagaimana cara artikel ini, akan mengulas soal konsep dasar psikologi pendidikan yang terdiri dari definisi dan pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli, sejarah, teori, ruang lingkup, dan manfaat dimana materi tersebut berguna sebagai penguatan dalam pemahaman konsep psikologi untuk pengajar dan siswa/ berasal dari bahasa Yunani yaitu “psyche” psukhe yang maknanya “berdarah panas” yang berarti Hidup, jiwa, hantu dan Logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu kejiwaan, prilaku dan tingkah laku Ensiklopedia Nasional Indonesia 1991, pengertian psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang yang tidak dapat dilihat secara pengertian psikologi menurut ahli psikologi asal Indonesia, Muhibbin Syah pada tahun 2001, Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan. Sejarah Psikologi Pendidikan 1. Democritus 2. Plato dan Aristoteles 3. Johan Amos Comenius 4. Jean Jaques Rousseau 5. William James Pengertian Psikologi Pendidikan Menurut Para Ahli 1. Wherington 1978 2. Sumadi Suryabrata 1984 3. Elliot 1999 4. Anita Woolfolk Hoy 2007 5. Santrock 2007 Pengertian Psikologi Pendidikan Secara Umum Konsep Dasar Psikologi Pendidikan Teori Psikologi Pendidikan 1. Teori Behavioristik Behaviorisme 2. Teori Kognitif Bruner 3. Teori Humanisme Carl R. Roger 4. Teori Konstruktivisme Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan Manfaat Psikologi Pendidikan Kesimpulan Sejarah Psikologi PendidikanBeberapa ahli ilmu psikologi yang menerangkan bagaimana proses sejarah ilmu psikologi pendidikan tercipta, diantaranya ialah sebagai berikut1. DemocritusPada abad ke-5 sebelum masehi, sebagai contoh, ahli psikologi pendidikan yang bernama Democritus menulis tentang manfaat-manfaat tindakan oleh sekolah dan pengaruh lingkungan rumah pada keberhasilan belajar individu Watson, 1961.2. Plato dan AristotelesPada abad ke-4 sebelum masehi, Plato and Aristoteles berdiskusi mengenai berbagai topik ilmu psikologi pendidikan, diantaranya yaituJenis-jenis pendidikan yang sesuai berdasarkan perbedaan-perbedaan peserta jasmani dan pengembangan keterampilan karakter yang dan keterbatasan-keterbatasan pendidikan dari musik, puisi, dan seni-seni lainnya pada perkembangan antara guru dengan dan metoda aktivitas dan terlepas dari Johan Amos ComeniusSeorang ahli psikologi yang berasal dari Ceko yang lahir pada tahun 1592 masehi dan wafat pada tahun 1671 masehi, menjelaskan bahwa ilmu psikologi pendidikan memiliki topik dan tujuan sebagai berikutAnak jangan dianggap sebagai miniatur orang hendaknya dapat menarik perhatian anak, lakukanlah dengan menggunakan alat peraga sehingga anak dapat mengamati, mengalami, dan Jean Jaques RousseauSeorang pemikir sekaligus ahli ilmu psikologi pendidikan dunia asal Perancis yang lahir pada tahun 1712 masehi dan wafat pada tahun 1778 masehi menerangkan bahwa ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki tujuan penting, diantaranya yaituSegalanya baik ketika datang dari tangan Sang Pencipta, segala-galanya memburuk dalam tangan tangan orang tua/orang dewasa terhadap perkembangan anak dapat menimbulkan masalah jika hal itu tidak dilakukan dengan pendidik hendaknya membekali dirinya dengan pengetahuan tentang kejiwaan peserta William JamesSeorang ahli ilmu psikologi pendidikan dunia asal New York yang lahir pada tahun 1842 dan wafat pada tahun 1910. Pada tahun 1890, William James menerbitkan buku pertamanya yang berjudul “Principles of Psychology”. Kemudian dia memberikan kuliah yang bertajuk “talk to teacher”.Dalam diskusinya dia membahas mengenai aplikasi psikologi pendidikan untuk mendidik anak, dia menekankan pentingnya mempelajari proses belajar mengajar di kelas untuk meningkatkan mutu pendidikan yang terkandung didalam banyak aspek dan teori ilmu psikologi pada merekomendasikan mengajar pada titik yang lebih tinggi diatas pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan memperluas cakrawala pemikiran psikologi pendidikan menurut para ahli1. Wherington 1978Menurut Wherington 1978, menerangkan bahwa psikologi pendidikan berfungsi sebagai studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan Sumadi Suryabrata 1984Menurut Sumadi Suryabrata 1984, menjelaskan bahwa psikologi pendidikan sebagai pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam situasi Elliot 1999Menurut Elliot 1999, menuturkan bahwa psikologi pendidikan adalah penerapan teori-teori psikologi untuk mempelajari perkembangan, belajar, motivasi, pengajaran dan permasalahan yang muncul dalam dunia Anita Woolfolk Hoy 2007Menurut Anita Woolfolk Hoy 2007, definisi psikologi pendidikan adalah ilmu yang memfokuskan perhatiannya pada proses belajar dan pembelajaran, menerapkan metode dan teori psikologi dan menjadikannya menjadi teori secara Santrock 2007Sedangkan menurut ahli psikologi Santrock 2007, pengertian dan definisi psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan apa yang dimaksud psikologi dengan psikologi pendidikan secara umum? diatas tadi adalah sederet penjelasan definisi ilmu psikologi dalam pendidikan menurut para Psikologi Pendidikan Secara UmumSehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum, pengertian psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari tentang karakteristik individu dalam dan fungsi psikologi pendidikan secara umum adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan metode untuk mempelajari proses belajar mengajar pada situasi keseharian yang sesuai dengan tingkat usia dalam lingkungan Dasar Psikologi PendidikanPada hakikatnya Pendidikan adalah proses pembentukan peserta didik. Agar pembentukan tersebut efektif dan berhasil maka pendidik harus memiliki kualifikasi atau kecakapan dalam Psikologi dasar psikologi dalam pendidikan pada umumnya merupakan sub-disiplin psikologi yang menyelidiki masalah-masalah psikologis dalam pendidikan yang kemudian di rumuskan dalam bentuk konsep, teori dan metode sebagai solusi dari masalah-masalah Pendidikan juga menjelaskan karakteristik atau pola pembelajaran yang di sesuaikan berdasarkan usia perkembangan kognitifnya.Jika usia peserta didik masih 5 tahun, maka metode pembelajarannya belajar sambil bermain begitu juga jika sudah berusia remaja maka dapat di terapakan metode diskusi dengan mempelajari Psikologi Pendidikan Pendidik akan menyadari dan memahami bahwa peran ia sesungguhnya adalah membuat peserta didik mau dan tahu bagaimana cara dengan memberikan informasi sebanyak mungkin, melainkan membuat peserta didik menyukai kegiatan mencari informasi sebanyak Psikologi PendidikanTerdapat kumpulan teori-teori psikologi pendidikan yang menjadi bagian dari konsep dasar pelaksanaan psikologi pada dunia pendidikan di Indonesia maupun di Teori Behavioristik BehaviorismeTeori psikologi pendidikan yang pertama ini menjelaskan tentang pengamatan perubahan tentang tingkah laku yang di pengaruhi peristiwa di behavioristik behaviorisme ini berpandangan bahwa belajar terjadi karena operant conditioning, yaitu jika seseorang belajar dengan baik maka ia akan mendapat hadiah dan hal itu akan meningkatkan kualitas perkembangannya muncullah beberapa ahli lain yang mendukung teori ini, seperti Thorndike, Skinner, Clark Hull dan Edwin behaviorisme yang pada awalnya merupakan salah satu aliran ilmu psikologi selanjutnya berkembang dan berpengaruh dalam dunia pendidikan dan susunan katanya, behaviorisme terdiri dari dua kata “Behave” yang berarti berperilaku dan “Isme” yang berarti aliran, sehingga jelas bahwa penekanannya pada tingkah Teori Kognitif BrunerTeori psikologi pendidikan kognitif mengutamakan bagaimana cara mengembangkan fungsi kognitif individu sehingga belajar menjadi kognitif penting karena dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik dalam proses pendidikan dan sebagai tolak ukur mensukseskan proses kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada varasziabel penghalang pada aspek-aspek kognisi Teori Humanisme Carl R. RogerTeori ini mengutamakan keterlibatan individual peserta didik secara keseluruhan, sebab belajar tidak akan berlangsung jika tidak ada keterlibatan emosional peserta psikologi pendidikan ini menjelaskan bahwa seseorang dapat memilih apa yang ingin dipelajari, mengusahakan dan menilai proses pembelajarannya sendiri, sehingga di perlukan motivasi dari peserta didik itu belajar humanisme dalam pendidikan lebih menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan Teori KonstruktivismeKonstruktivisme sebagai teori psikologi pendidikan mengenai filsafat belajar pertama kali sudah terungkap dalam tulisan ahli filsafat Giambatista Visco, 1710 yang mengemukakan bahwa orang hanya dapat benar-benar memahami apa yang dikonstruksikannya ahli psikologi yang pertama mengembangkan dan mempopulerkan filsafat ini dalam pembelajaran adalah Jean umum menurut teori Behaviorisme, orang yang belajar adalah orang yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, oleh sebab itu para pengajar harus dapat mentransfer pengetahuan kepada orang yang dari beberapa hasil penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah mengungkapkan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran dasar teori konstruktivisme sebagai teori psikologi pendidikan tentang belajar adalah bahwa setiap orang pada dasarnya sudah memiliki pengetahuan atau bekal awal tentang sesuatu yang akan pada intinya adalah bagaimana mengembangkan atau mengkonstruksi membangun pengetahuan atau bekal awal yang sudah dimiliki tersebut menjadi sebuah pengetahuan baru dan Lingkup Psikologi PendidikanPada dasarnya psikologi pendidikan mempelajari seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses yang terlibat dalam proses pendidikan ini ialah guru dan siswa, maka objek yang dibahas dalam ilmu psikologi pada pendidikan adalah tingkah laku siswa yang berkaitan dengan proses belajar dan tingkah laku guru yang berkaitan dengan proses objek utama yang dibahas pada ilmu psikologi di dalam dunia pendidikan adalah masalah belajar dan pembelajaran ilmu pendidikan untuk semua Soemanto 20069 dalam pengamatannya tentang buku psikologi, menuturkan bahwa ruang lingkup psikologi pendidikan secara umum adalah sebagai berikutPengetahuan tentang psikologi psikologi dan dan hakikat kejiwaan tingkah dan ruang lingkup yang mempengaruhi dan teori-teori pengukuran dan psikologi dunia pendidikan dalam metodologi pengajaran garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macamPokok bahasan mengenai “Belajar” yang meliputi teori, prinsip dan ciri khas prilaku belajar siswa dan bahasan mengenai “proses belajar” yakni tahaban perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar bahasan mengenai “situasi belajar”, suasana dan keadaan lingkugan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar Psikologi PendidikanMenurut para ahli psikologi di Dunia, manfaat psikologi pendidikan bagi para pendidik, yaitu sebagai berikutPeka terhadap perilaku dan kebutuhan manusia untuk masalah-masalah yang terjadi pada diri peserta gejala-gejala yang di timbulkan oleh peserta didik dalam proses belajar diri sendiri untuk menjadi manusia pembelajar dan dapat membagi ilmunya pada orang lain secara teknik-teknik yang tepat untuk memaksimalkan potensi belajar anak menganalisis kekurangan dan kelebihan dalam metode belajar mengajar baik terhadap diri sendiri maupun orang lain serta berupaya untuk terus manfaat mempelajari ilmu psikologi pendidikan bagi para siswa didik, diantaranya yaituMeningkatkan kemauan dan niat utk mencari dan mendapatkan naluri dan potensi diri mjd manusia utk meningkatkan harkat dirinya lebih baik dibandingkan dengan generasi mempelajari ilmu psikologi pendidikan secara umum pada dasarnya adalah sebagai berikutMemahami bentuk-bentuk gejala psikologis siswa individu secara umum dalam bentuk tingkah laku dan sikap selama mengikuti proses pembelajaran atau belajar kemampuan dan potensi-potensi siswa dalam mengikuti proses belajar bagaimana seharusnya pelaksanaan proses belajar mengajar agar tercapai semua tujuan pembelajaran secara efektif dan siswa mengembangkan berbagai jenis potensi dan kemampuan dalam bentuk proses pembelajaran berbasis pengembangan siswa-siswi menyelesaikan program pembelajaran materi dengan sempurna, sehingga dengan pemahaman guru tentang teori dan ilmu psikologi pendidikan dapat memberikan bantuan kepada siswa siswi dalam menyelesaikan program-program pembelajaran sampai tuntas 100%.KesimpulanDari sejarah, definisi, pengertian, teori, ruang lingkup, manfaat, tujuan dan materi psikologi pendidikan diatas yang telah kita ulas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses mengajar, pendidik di tuntut memiliki pengetahuan mengenai materi yang di ajarkan dan beberapa metode dalam penyampaian agar materi yang di sampaikan mudah untuk di pahami peserta karena itu, penguasaan terhadap ilmu psikologi pendidikan merupakan suatu tuntutan terhadap orang yang bergelut dalam dunia pendidikan sebagai salah satu keahlian seorang pendidik yang memiliki keahlian mendidik akan mampu membuat individu orang lain siswa-siswi belajar dan kualitas seorang pendidik memberi pengaruh terhadap peningkatan kompetensi peserta beberapa teori yaitu Teori Behaviorisme, Teori Kognitifisme, Teori Humanisme dan Teori Konstruktivisme. Sedangkan ruang lingkup pada dunia psikologi pendidikan bisa kita lihat di dalam proses pendidikan pada umumnya yaitu bagaimana tingkah laku peserta didik terhadap proses belajar dan tingkah laku pendidik dalam pembelajaran. Sehingga di simpulkan masalah belajar dan pembelajaran yang menjadi objek Cinta 5 Pengertian, Teori, Manfaat dan DimensinyaPsikologi Sosial 5 Pengertian, Sejarah, Teori dan Konsep DasarnyaPsikologi Kepribadian 8 Pengertian, Teori, dan ManfaatnyaPsikologi Keluarga 4 Pengertian, Fungsi, Manfaat dan PenerapannyaNah, itulah ulasan yang bisa kami berikan kepada Anda semua tentang pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli dan secara umum, sejarah, ruang lingkup, teori, manfaat hingga tujuannya yang bisa menjadi referensi untuk Anda sebagai guru, siswa siswi dan orang umum yang ingin mempelajari ilmu psikologi secara otodidak. Terimakasih dan semoga bermanfaat.
LandasanBimbingan dan Konseling (Landasan filosofi, religi, psikologis, pendidikan, teknologi, sosial-budaya) Secara umum, konsep bimbingan dan konseling sudah dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang “ develoving one’s potential ” (Pengembangan potensi individu) dari masyarakat Yunani Kuno.

Kali ini saya akan menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi-diskusi mengenai psikologi pendidikan, yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran guru dilapangan. Bukannya mau menggurui, kebetulan pertanyaan ini di ampu oleh dosen saya ibu DR Unifah Rosyidi thanks bu berkat ibu saya lebih merasa “lebih”. Bagaimana seharusnya peran guru dalam mengawinkan menjembatani pendekatan pedagogic tradisional yang progresif bersifat student center dengan pendekatan pedagogic transformasional bersifat cultural base dalam proses pembelajaran yang menjadikan siswa bermakna bagi dirinya dan juga bagi lingkungannya. jawab Kita tahu bahwa teori pendidikan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Setiap periode tertentu muncul gagasan baru mengenai konsep pendidikan. Gagasan-gagasan itu bisa saling mendukung tetapi juga ada yang saling bertentangan. Dalam perjalanannya, para ahli mengkotakkan berbagai teori pendidikan itu ke dalam dua kelompok besar, yaitu pedagogik tradisional dan pedagogik modern. Namun pada dasarnya semua teori tentang pendidikan bertujuan sama, yaitu ingin menciptakan pendidikan yang lebih meningkat, lebih bermutu, dan lebih memartabatkan dua pendagogik ini pedagogic tradisional yang progresif dan pendekatan pedagogic transformasional disebut pedagogic Transformatif. Pedagogik transformatif muncul untuk menjawab pertanyaan masyarakat mengenai banyaknya asumsi tentang pendidikan. Di kalangan masyarakat menggema pertanyaan tentang pelaksanaan pendidikan anak-anak mereka, yaitu belajar yang baik itu di sekolah yang mana, guru yang baik itu guru yang bagaimana, memperlakukan anak di rumah itu harus bagaimana, dan seterusnya. Sebaliknya kalangan guru atau pendidik juga memendam beberapa pertanyaan yang tak kalah sulit menjawabnya, yaitu mengajar yang baik itu bagaimana, apakah saya merupakan guru yang baik, bagaimana memperlakukan anak yang tepat di sekolah, dan seterusnya. Menurut Tilaar 2002 310 pedagogik transformatif dilandasi oleh beberapa keyakinan berikut Pendidikan merupakan usaha memanusiakan manusia. Peserta didik tidak terisolasi dari lingkungan sosialnya. Peserta didik adalah manusia sosial yang berinteraksi dengan manusia lain dan kebudayaan di sekitarnya. Peserta didik adalah subjek belajar yang memiliki karakteristik, gaya belajar, dan minat terhadap berbagai hal yang apabila digali potensinya dapat dimanfaatkan bagi keluhuran martabatnya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, peserta didik berhak mewujudkan kemampuannya untuk meraih martabat yang luhur dan berhak ikut berpartisipasi sebagai penggerak budaya atau perubahan bagi masyarakatnya. Menurut saya sikap guru dalam melihat pedagogik tansformatif ini adalah Guru harus bersikap adaptif terhadap tantangan zaman Ini disebabkan karena zaman akan selalu berubah, zaman seorang guru dulunya adalah sangat berbeda dengan zaman siswanya kini, maka seorang guru harus dapat mudah beradaptasi akan lingkungan dan perekembangan yang baru. Pada kasus belakangan ini internet ternyata banyak menjadi sorotan kenakalan siswa, maka guru juga harus “update” dengan teknologi ini. Bergesernya kasus tawuran pelajar dengan kenakalan dunia maya harus menjadi catatan penting bahwa zaman itu memang “bergerak”. Mengubah gaya mengajar Karena perubahan zaman maka cara mengajar pun harus dilihat sebagai alternative dalam mendidik siswa. Hasil-hasil penelitian tentang neosaintik, multiple intelligence dll membawa perubahan baru dalam pendekatan siswa, termasuk penggunaan bahan ajar yang harus membuat guru makin “kreatif”. Pendekan yang humanistic dan perkembangan teknologi baru adalah syarat wajib seorang guru untuk melakukan revolusi dalam gaya mengajar. Bermitra dengan siswa Memang terdengar sangat romantic, tapi inilah bentuk baru dalam interaksi guru dan siswa, dengan membangun relasi yang positif terhadap siswa maka bukan berarti siswa tidak hormat terhadap guru, justru jika dilakukan dengan benar maka akan menjadi sebuah kesinergisan dalam proses belajar mengajar. Ini sangat tepat dalam menjembatani sikap tradisional Indonesia bahwa sikap hormat menghormati antara guru dan siswa menjadi pakem di negeri kita , tapi pakem ini bukan berarti sikap gila hormat seorang guru terhadap siswa. Ber”partner” dengan siswa membuka gerakan baru dalam belajar bahwa mengajar harus dalam posisi “seimbang” guru harus menjadi “pembantu” siswa dalam mengajar. Dalam psikologi pendidikan, kita mengenal aliran behavioristik, humasistik, dan kognitif. bagaimana menjadikan guru yang kompeten dan efektif profesional, kaitannya dengan ketiga pendekatan tersebut. Jawab Di sinilah arti penting psikologi pendidikan bagi guru. Kemampuan memahami tingkah laku belajar anak didiknya akan memberi penjelasan bahwa anak sedang dalam keadaan belajar dengan baik atau tidak. Pemahaman ini akan dapat mengukur kemampuan belajar dan kemampuan menerima materi pelajaran bagi para siswanya. Dengan banyaknya aliran dalam pendidikan seharusnya guru mampu mengolah semua kekurangan dan kelebihan di beberapa aliran tersebut. Guru juga tidak boleh terlalu fanatik dalam sebuah aliran atau terlalu antipasti dalam menyikapi aliran pendidikan. Karena pada intinya guru adalah seorang ”Komposer” yang mampu meramu okestra pendidikan yang lebih baik dengan menggabungkan semua fenomena alian tersebut sehingga tercipta alunan “music” yang baik atau dalam kasus ini penanganan murid yang baik. Karena pada intinya perbedaan murid yang “kompleks” tidak hanya bisa diselesaikan dalam pandangan aliran tertentu saja. Kadang ada saja murid yang cocok dengan aliran tertentu. Inilah yang membuat guru seharusnya “kaya” akan segala metode pendidikan. Disinilah juga pentingnya guru harus memahami psikologi pendidikan. Saya sepakat dengan apa yang dikatakan Sudrajat di dalam tulisannya, ia menuliskan beberapa manfaat psikologi pendidikan bagi seorang guru yaitu Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian “Dengan ketujuh tips dan manfaat tersebut kemungkinan besar masalah-masalah dalam pembelajaran dapat diminimalisir lalu juga berbagai pendekatan aliran pendidikan dapat dipadukan secara efektif dan elegan, sehingga terciptalah pendidikan manusia yang paripurna tanpa harus fanatik dalam satu aliran tertentu.” diambil dari beberapa sumber…semoga berguna kawan

4 Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, karena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur. 26. 25 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal 139
Mendidik makhluk hidup bernama manusia tentu tidak bisa disamakan dengan mendidik bebek yang mudah menurut atau mengekor. Kita perlu memahami konsep dan menguasai beberapa keterampilan agar bisa mengelola pembelajaran dan menghasilkan pengalaman belajar yang berdampak positif bagi perkembangan siswa. Meluangkan waktu untuk mempelajari psikologi pendidikan adalah salah satu jalannya. Yuk, simak informasi berikut ini! Apa itu Psikologi Pendidikan?Manfaat Mempelajari Psikologi PendidikanArea Kajian Psikologi PendidikanPendidikan sebagai Sebuah Sistem ProcessPersonContextMicrosystemMesosystemExosystemMacrosystemChronosystemTimeKeragaman Siswa dalam BelajarKecerdasanSpearman’s Two Factor Theory Sternberg’s Triarchic TheoryGardner’s Theory of Multiple IntelligenceGaya Belajar dan BerpikirReflective vs. Impulsive StudentDeep vs. Surface LearnerGaya Belajar Auditory, Visual dan KinestetikMotivasi BelajarMotivasi InternalMotivasi EksternalDesain dan Strategi PembelajaranTeacher Centered LearningStudent Centered LearningModel Proses Belajar Mengajar QAIT Model of School LearningQuality of InstructionAppropriate Levels of InstructionIncentiveTimeManajemen KelasMenata Lingkungan Fisik KelasMembuat Aturan di KelasMembangun Kerjasama dan KomunikasiMenghadapi Perilaku BermasalahIntervensi MinorIntervensi ModeratModel Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ABKSegregasiIntegrasiInklusif Apa itu Psikologi Pendidikan? Psikologi pendidikan adalah salah satu bidang kajian dalam Psikologi yang berfokus pada upaya memahami proses pengajaran dan pembelajaran dalam seting pendidikan Santrock, 2011. Psikologi pendidikan berusaha memahami perilaku dan proses mental individu yang berinteraksi dalam proses pembelajaran yaitu guru dan siswa. Psikologi pendidikan mengkaji tentang bagaimana guru memfasilitasi & mengelola proses belajar siswa, serta bagaimana siswa dengan segala karakteristik dirinya mampu menyerap apa yang dipelajari serta menunjukkan adanya perubahan pengetahuan atau keterampilan. Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan Mempelajari psikologi pendidikan memberikan wawasan tentang bagaimana landasan berpikir serta praktik pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan konteksnya. Hal tersebut memudahkan kita menyusun rencana, melaksanakan proses pembelajaran serta mengevaluasi capaian hasil belajar siswa. Bagi guru, psikologi pendidikan bisa memberi informasi yang luas tentang bagaimana mengajar dengan efektif. Sedangkan bagi siswa dan orang tua siswa, psikologi pendidikan menyediakan wawasan tentang ragam karakteristik siswa sehingga dapat digunakan untuk mempertimbangkan langkah optimalisasi potensi mereka melalui proses belajar lebih lanjut. Area Kajian Psikologi Pendidikan Dalam psikologi pendidikan ada empat area utama yang dikaji yaitu The learner pembelajar/siswa The learning/teaching process proses pembelajaran The teacher pengajar/guru The assessment of learning asesmen pembelajaran/pengukuran hasil belajar Pendidikan sebagai Sebuah Sistem Pendidikan memfasilitasi manusia untuk belajar agar ia menjadi individu yang berwawasan, berkarakter positif dan punya kemampuan menyalurkan potensi diri. Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu disadari bahwa manusia siswa dibentuk bukan hanya oleh apa yang diajarkan di dalam kelas lingkungan pendidikan formal tetapi juga dipengaruhi oleh lapis-lapis lingkungan di luar dirinya. Selain itu siswa juga secara aktif memberi pengaruh terhadap lingkungannya. Itulah maksud pendidikan sebagai sebuah sistem. Ada keterkaitan dan hubungan saling mempengaruhi antara individu-lingkungan. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa berhasil atau tidaknya siswa menjalani proses belajar dan mencapai hasil belajar yang diharapkan, perlu dilihat secara utuh dan menyeluruh. Contohnya jika kita melihat seorang siswa tidak bisa duduk tenang di kelas, kita tidak bisa serta merta menyalahkannya. Perlu kita sadari di balik perilaku ada banyak kemungkinan yang berpengaruh terhadapnya. Misalnya bisa jadi ia sedang ada masalah keluarga, bisa jadi kursi yang didudukinya memang rusak, bisa jadi ia baru saja bertengkar dengan teman atau mungkin ia sedang sakit atau dia ingin bertanya tetapi tidak berani, dll. Proses belajar juga perlu diselenggarakan sesuai dengan konteks di mana individu tinggal agar tepat sasaran/sesuai kebutuhan. Harapannya supaya individu pada akhirnya bisa memberi pengaruh yang baik berkontribusi ke lingkungan. Menurut model bioekologis perkembangan manusia Model PPCT yang diungkapkan oleh Urie Bronfenbrenner ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu Process Artinya perkembangan manusia terjadi melalui proses interaksi timbal balik yang kompleks antara manusia dengan manusia, benda, ataupun simbol yang ada di lingkungan eksternal terdekatnya. Agar efektif interaksi harus terjadi secara teratur dalam periode waktu yang panjang. Bentuk hubungan interaksi dengan lingkungan terdekat itu disebut proximal process. Person Artinya perkembangan manusia juga dipengaruhi oleh karakteristik individu yang berbeda-beda. Bronfenbrenner membagi karakteristik ini menjadi 3 yaitu demand characteristic, resources characteristic, dan force characteristic Tudge dkk, 2009. Demand characteristic contohnya usia, jenis kelamin, warna kulit, dan penampilan fisik. Resources characteristic berhubungan dengan sumber daya mental dan emosional seperti pengalaman masa lalu, keterampilan, kecerdasan, dll. Forced characteristic adalah karakteristik bagaimana seseorang melakukan sesuatu seperti perbedaan temperamen, motivasi, ketekunan, dan sejenisnya. Context Menurut Bronfenbrenner lingkungan atau konteks melibatkan empat sistem yang saling terkait sebagai berikut. Microsystem Adalah sebuah pola aktivitas, peran-peran dan hubungan dengan orang lain yang dialami oleh individu di lingkungan terdekat yang berhubungan langsung dengannya seperti keluarga, pengasuh, sekolah dan teman sebaya. Mesosystem Adalah hubungan antar sesama mikrosistem. Misalnya hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah atau hubungan antara keluarga individu tersebut dengan teman-teman sebayanya. Exosystem Adalah satu atau lebih seting yang sebenarnya individu itu tidak terlibat secara aktif di sana tetapi ia mungkin juga ikut terkena dampaknya. Contohnya tempat kerja orang tua siswa. Orang tua yang bekerja di tempat yang tingkat tekanan kerjanya tinggi lalu marah-marah saat sampai di rumah karena terlalu lelah, mengakibatkan siswa merasa kurang nyaman belajar di rumah. Macrosystem Adalah budaya yang berlaku di mana individu tinggal. Budaya yang dimaksud dalam hal ini juga mencakup etnis dan adat setempat, kondisi sosial-ekonomi hingga nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Chronosystem Adalah kondisi sosio historis dalam perkembangan siswa. Contohnya kehidupan anak zaman sekarang tentu tidak bisa disamakan dengan kehidupan zaman orang tua atau kakek-neneknya dulu. Saat ini teknologi berkembang pesat dan punya pengaruh terhadap perbedaan cara hidup para siswa. Oleh karena itu menggunakan multimedia dalam proses belajar siswa masa kini bisa membuat mereka lebih tertarik daripada hanya dengan papan tulis dan kapur. Time Artinya waktu memegang peran yang penting bagi perkembangan seseorang. Perkembangan individu terjadi seiring dengan konsistensi/stabilitas proses yang ia jalani dari waktu ke waktu selama ia hidup dan sepanjang sejarah perkembangan zaman di mana ia hidup. Keragaman Siswa dalam Belajar Albert Einstein pernah berkata, “Setiap orang itu jenius. Namun jika kamu menilai seekor ikan dengan melihat kemampuannya untuk memanjat pohon, itu akan membuatnya hidup dengan keyakinan bahwa ia bodoh”. Terlepas dari pro dan kontra yang menyertai pernyataan tersebut, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran tentang adanya keragaman potensi individu yang perlu kita hargai dan akomodasi dalam proses belajar. Keragaman tersebut bisa dilihat dari kemampuan berpikir, gaya belajar, temperamen dan kepribadian para siswa. Kecerdasan Kecerdasan secara umum dimaknai sebagai kemampuan memecahkan masalah, kemampuan beradaptasi/menyesuaikan diri serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman Santrock, 2011. Ada sejumlah tokoh yang mengkaji tentang kecerdasan manusia. Berikut beberapa diantaranya. Spearman’s Two Factor Theory Spearman menggunakan pendekatan matematis analisis faktor untuk mengukur kecerdasan manusia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kecerdasan manusia bisa dijelaskan dengan dua variabel yaitu general ability g dan sejumlah specific abilities s. Kecerdasan umum faktor g mencakup berbagai kapasitas mental yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Menurut Spearman faktor g inilah yang menentukan keseluruhan performa dalam tes kemampuan mental Tes IQ. Sebagai contoh, seseorang yang bisa mengerjakan tes verbal dengan baik mungkin juga akan mampu mengerjakan subtes lain dengan baik. Kecerdasan diyakini bisa diukur dan ditunjukkan dengan angka tunggal misalnya seperti hasil skor Tes IQ. Itu disebabkan karena faktor g mempengaruhi performa seseorang di semua aspek kognitif. Sternberg’s Triarchic Theory Sternberg dalam Santrock, 2011 menjelaskan bahwa kecerdasan bisa dibagi menjadi tiga yaitu Analytical intelligence mencakup kemampuan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi, membedakan dan membandingkan kemampuan menilai dan menalar informasi hingga mencapai kesimpulan dan solusi yang masuk akal. Creative intelligence mencakup kemampuan untuk menciptakan, mendesain, menemukan, mengatur dan membayangkan/mengimajinasikan kemampuan menciptakan sesuatu yang baru atau melakukan sesuatu dengan cara yang unik dan berbeda. Practical intelligence mencakup kemampuan untuk menggunakan, menerapkan dan mempraktikkan kemampuan menggunakan keterampilan agar sesuai dengan kebutuhan di lingkungan/kemampuan beradaptasi. Sternberg mengatakan bahwa siswa memiliki pola yang berbeda-beda pada tiga aspek di atas. Siswa yang tinggi kecerdasan analisisnya cenderung disukai di sekolah. Mereka mengikuti pelajaran dengan baik, mendapat nilai yang bagus dan menunjukkan skor IQ yang tinggi. Siswa yang tinggi kecerdasan kreatifnya umumnya tidak terlihat menonjol di kelas. Mereka sering tidak mengikuti arahan guru tentang bagaimana seharusnya mengerjakan tugas, bahkan memberi jawaban yang unik sehingga mereka diberi nilai yang jelek. Siswa yang punya kecerdasan praktis tinggi juga demikian. Mereka tidak menunjukkan nilai yang tinggi di sekolah tetapi mampu berkarya dengan baik di luar sekolah. Kemampuan sosial dan kecerdikan akalnya bisa membuat mereka jadi manajer dan pengusaha sukses di masa depan, meski saat bersekolah kelihatan biasa saja. Terkait dengan teori kecerdasan yang diungkapkannya, Sternberg menyarankan agar pembelajaran di sekolah berusaha melatih siswa menggunakan ketiga tipe kemampuan berpikir di atas, bukan hanya menitikberatkan salah satu saja. Itu disebabkan karena berbagai tugas/aktivitas yang kita jalani butuh kombinasi ketiga tipe kemampuan itu. Tidak ada satu aktivitas/tugas yang cukup diselesaikan dengan mengandalkan satu tipe kemampuan saja. Gardner’s Theory of Multiple Intelligence Howard Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan mencakup sembilan area berikut Kecerdasan verbal orang yang memiliki kecerdasan verbal mudah mengungkapkan pikiran dalam kata dan menggunakan bahasa untuk menyampaikan makna. Ia bisa menyampaikan perasaan, gagasan atau menjelaskan konsep dengan mudah. Kemampuan tersebut biasanya dimiliki oleh penulis, jurnalis, pembicara dll. Kecerdasan matematis orang yang memiliki kecerdasan matematis mudah memecahkan perhitungan matematis dan berpikir logis. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh ilmuwan, teknisi, akuntan, dll. Kecerdasan visual-spasial orang dengan kecerdasan visual-spasial memiliki ketajaman penglihatan, mudah memahami, membayangkan dan mengilustrasikan objek. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh seniman, arsitek, pelaut, dll. Kecerdasan bodily kinesthetic orang yang memiliki kecerdasan ini mudah mengendalikan/mengkoordinasikan gerak anggota tubuh mereka. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh atlet, penari, dokter bedah, pembuat kerajinan tangan, dll. Kecerdasan musikal orang yang memiliki kecerdasan ini punya kepekaan tinggi terhadap suara, warna suara, nada dan irama. Biasanya kemampuan ini dimiliki oleh komposer, pemain musik, penyanyi, dll. Kecerdasan intrapersonal orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal mudah memahami ke dalam diri, mudah berpikir reflektif dan introspektif sehingga bisa mengarahkan kehidupan seseorang secara efektif. Biasanya kemampuan ini dimiliki oleh teolog, psikolog, dll. Kecerdasan interpersonal orang yang memiliki kecerdasan ini mudah memahami perasaan, pikiran, tindakan dan motif orang lain. Mudah baginya menjalin interaksi yang baik dengan orang lain. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh guru, dosen, konselor, tenaga kesehatan mental, dll. Kecerdasan naturalistik orang yang memiliki kecerdasan ini mudah memahami pola-pola kejadian alam punya kepekaan terhadap kejadian/perubahan alam, memahami sistem buatan manusia di alam serta mudah melakukan eksplorasi. Biasanya kemampuan ini dimiliki oleh ahli botani, petani, ahli lingkungan, ahli pertamanan, dll. Kecerdasan eksistensial orang yang memiliki kecerdasan ini mampu mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar dalam kehidupan. Ia berpikir secara filosofis dan mudah berpikir dengan teori yang abstrak. Biasanya kemampuan ini dimiliki oleh filsuf, pemuka agama, dll. Pemahaman atas adanya keragaman jenis kecerdasan pada siswa bisa digunakan untuk mendukung proses belajar mereka misalnya, dalam belajar berhitung siswa yang cerdas kinestetis diminta untuk memantulkan bola dan menghitungnya. Di sini terjadi proses belajar matematika dengan cara yang cocok bagi si cerdas kinestetis. Contoh lain, guru bisa menyediakan pilihan kepada siswa saat ujian akhir sesuai dengan kemampuan mereka. Siswa yang cerdas verbal bisa melakukan ujian akhir dalam bentuk esai atau presentasi lisan, siswa yang cerdas visual bisa memilih menggunakan poster/tampilan grafis/power point. Guru juga bisa memberi siswa penugasan kelompok yang memerlukan perpaduan berbagai kecerdasan di atas sehingga siswa bisa bekerjasama mengerahkan masing-masing keunikan kemampuannya. Gaya Belajar dan Berpikir Siswa punya cara menyerap, mengatur dan mengolah informasi yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa jenisnya. Reflective vs. Impulsive Student Reflective Student Impulsive Student Saat diminta memecahkan masalah ia akan meluangkan banyak waktu untuk mengumpulkan dulu berbagai informasi lalu menganalisis kesesuaiannya dengan solusi sebelum merespon. Mereka unggul dalam memahami bacaan, mengingat dengan terstruktur, punya standar kerja yang tinggi. Saat diminta memecahkan masalah ia akan merespon dengan cepat/segera, meski baru punya sedikit informasi dan belum banyak menganalisis. Contoh strategi menghadapi mereka 1 Hindari memberi penugasan yang bisa memperparah impulsivitasnya misalnya menyelesaikan 30 soal dalam 1 menit; 2 Ajak bicara sarankan kepada mereka untuk meluangkan waktu berpikir sebelum merespon. Deep vs. Surface Learner Deep Learner Surface Learner Aktif memahami informasi, berusaha memaknai apa yang dipelajari, punya motivasi internal, fokus mencapai kepuasan pribadi saat ia bisa memahami. Cenderung pasif, biasanya sekadar mengandalkan hafalan, motivasinya eksternal ingin nilai bagus, ingin dipuji guru. Contoh strategi menghadapinya diskusikan bersama mereka pentingnya memahami bukan menghafalkan, saat mengajar guru perlu mencontohkan bagaimana berpikir secara mendalam terhadap suatu materi. Gaya Belajar Auditory, Visual dan Kinestetik Auditory Visual Kinestetik Lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan mengandalkan penglihatan. Lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan mengandalkan pendengaran. Lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan mengandalkan gerak tubuh dan sentuhan. Beberapa cirinya Teliti dan detail. Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar. Mengingat dengan membayangkan gambar. Lebih suka membaca daripada dibacakan. Beberapa cirinya Suka bicara kepada diri sendiri saat bekerja. Mudah terganggu keributan suara berisik. Senang membaca dengan dibunyikan keras atau mendengarkan penjelasan orang lain. Beberapa cirinya Lebih mudah belajar dengan praktik langsung. Belajar sambil menggerakkan anggota badan mengekspresikan dengan tangan, menjentikan jari, mengetukkan pulpen ke meja, menggerakkan kaki dll. Banyak bergerak contohnya menghafal sambil berjalan. Strategi mengoptimalkan potensi belajar gunakan multi-media komputer-video, sediakan materi dengan ilustrasi gambar. Strategi mengoptimalkan potensi belajar libatkan siswa dalam diskusi, izinkan ia melafalkan apa yang dibaca. Strategi mengoptimalkan potensi belajar beri kesempatan untuknya mencoba, memperagakan, praktik, berikan kesempatan sesekali jika ia ingin pindah tempat/posisi atau berjalan sejenak. Motivasi Belajar Motivasi adalah proses-proses yang memberi daya dorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Motivasi yang secara sederhana bisa kita sebut sebagai semangat atau kemauan juga penting dimiliki oleh siswa. Jika siswa tak punya motivasi belajar kondisi yang mungkin terjadi antara lain malas belajar, pasif/enggan terlibat dalam proses belajar, menunda-nunda, mengerjakan tugas sekenanya/asal jadi. Ada sejumlah konsep motivasi yang berkembang hingga saat ini salah satunya dari sudut pandang behavioristik. Menurut pandangan tersebut motivasi dibagi menjadi dua sebagai berikut. Motivasi Internal Adalah dorongan yang datangnya dari dalam dirinya sendiri. Siswa yang punya motivasi internal dalam belajar akan semangat belajar karena ia menikmati proses belajarnya/mendapat kepuasan dengan belajar. Mereka akan semakin bersemangat jika diberi kebebasan menentukan sendiri apa yang mau dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Motivasi Eksternal Adalah dorongan yang datangnya dari luar diri. Siswa yang motivasi belajarnya eksternal mau belajar karena ada tujuan lain di luar proses belajar yang ingin diraih, misalnya mendapat pujian atau mengejar nilai. Motivasi eksternal bisa dipengaruhi dengan adanya reward and punishment. Contohnya siswa dengan motivasi eksternal akan makin semangat mengerjakan tugas jika mereka dijanjikan hadiah. Pada dasarnya kedua jenis motivasi di atas tetap bisa dimanfaatkan untuk mendorong siswa belajar lebih giat. Akan tetapi motivasi internal lebih utama untuk dibentuk pada siswa karena sifatnya lebih tahan lama dan tidak tergantung pada hal lain di luar diri mereka. Selain itu motivasi internal juga memampukan siswa menikmati proses bukan hanya berorientasi hasil. Desain dan Strategi Pembelajaran Agar proses pembelajaran bisa berhasil, diperlukan adanya perencanaan atau desain yang dibuat oleh guru. Santrock 2011 menjelaskan bahwa desain pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu student centered learning dan teacher centered learning. Teacher Centered Learning Dalam desain teacher centered learning, guru menjadi poros utama pembelajaran. Perencanaan dan instruksi dalam pembelajaran dibuat secara terstruktur oleh guru dan guru berperan mengarahkan proses belajar siswa. Beberapa strategi yang bisa digunakan untuk menerapkan teacher centered learning adalah Guru memberikan arahan secara langsung tentang apa yang harus dilakukan dan target belajar yang harus dicapai oleh siswa direct instruction. Guru menyampaikan kerangka materi, menjelaskan dan mendemonstrasikan materi pelajaran orienting/lecturing. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan mendorong siswa terlibat dalam diskusi question and discussion. Fokus untuk menguasai dulu suatu materi sebelum belajar topik lainnya mastery learning. Mastery learning dilakukan dengan cara memberikan tugas yang spesifik serta memberikan feedback atas apa yang sudah dikerjakan oleh siswa. Student Centered Learning Student centered learning adalah desain pembelajaran dengan prinsip memfokuskan pembelajaran pada siswa. Siswa dituntut aktif sebagai poros pembelajaran dengan guru sebagai fasilitator. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk menerapkan student centered learning diantaranya Melibatkan siswa untuk mencari solusi atas masalah yang terjadi di sekitar mereka problem based learning. Menggunakan pertanyaan esensial yaitu tentang hal utama yang ingin dipelajari essential question. Mendorong siswa untuk membangun pemahamannya sendiri discovery learning sehingga siswa memperoleh pemahaman yang mendalam deep learning dan akhirnya mampu meningkatkan kualitas siswa. Model Proses Belajar Mengajar QAIT Model of School Learning Model proses belajar mengajar perlu dipahami untuk menjelaskan kompleksitas atas apa yang terjadi di dalam kelas. Model ini menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dan dapat menjadi perhatian guru agar mampu mengajar dengan efektif. Ada banyak konsep tentang model proses belajar mengajar. Salah satunya adalah QAIT Model of School Learning. Slavin 1995 menjelaskan hubungan antara pengajaran dan pembelajaran dengan QAIT model of effective instruction. Model ini berupaya mengidentifikasi elemen-elemen penting dari sekolah dan pengorganisasian kelas dan hubungan di antara keduanya. Terdapat empat komponen dalam model ini. Quality of Instruction Kualitas instruksi mencakup seluruh aktivitas yang disebut dengan pengajaran teaching antara lain ceramah, memberi petunjuk pada siswa, diskusi, memberi penugasan dan lain sebagainya. Istilah instruksi juga mewakili komponen-komponen seperti materi, buku, software, dan kurikulum. Menurut Slavin 1995 guru, sebagai pelaksana tugas pengajaran bertanggung jawab menentukan metode yang sesuai agar siswa mudah mencerna dan mengingat informasi yang disampaikan. Guru harus menyampaikan informasi dengan terstruktur, jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami. Kejelasan penyampaian materi juga dapat dicapai misalnya dengan memaparkan gambaran nyata atau contoh-contoh kepada siswa. Appropriate Levels of Instruction Instruksi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa adalah hal lain yang harus diupayakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru dituntut mampu mengidentifikasi sejauh mana kemampuan yang telah dimiliki siswa. Dalam praktiknya tingkat kemampuan siswa yang beragam dapat menimbulkan permasalahan apabila tidak disikapi secara tepat oleh guru. Untuk menghadapinya guru bisa membuat program pendidikan khusus, pembentukan kelompok, serta program remedial. Incentive Guru harus memastikan siswanya termotivasi mengikuti pembelajaran. Slavin 1995 menjelaskan bahwa upaya itu dapat dilakukan dengan menyediakan reward eksternal maupun internal. Contoh upaya yang bisa dilakukan untuk mendorong motivasi eksternal siswa dalam belajar adalah pemberian poin, nilai atau apresiasi dengan cara tertentu. Sedangkan motivasi internal pada siswa, dapat diupayakan oleh guru dengan cara memberi feedback yang segera ketika siswa menyelesaikan suatu tugas. Cara lainnya adalah dengan menerapkan model cooperative learning agar siswa dapat saling membantu satu dengan lainnya dalam belajar. Time Komponen time dalam model ini dapat disimpulkan sebagai kondisi yang mana dalam pembelajaran siswa perlu diberi waktu yang cukup untuk mempelajari materi yang diajarkan. Slavin 1995 menyebut ada dua macam waktu yaitu allocated time dan engaged time. Allocated time adalah waktu yang disediakan atau dijadwalkan oleh sekolah untuk mempelajari mata pelajaran, sedangkan engaged time adalah waktu ketika siswa benar-benar terlibat dalam pembelajaran. Allocated time berjalan sesuai dengan pengaturan sekolah dan guru, sehingga guru bisa mengendalikan ini, sedangkan engaged time dikontrol oleh masing-masing siswa. Manajemen Kelas Kelas yang berisi sekumpulan orang perlu dikelola dengan baik supaya proses belajar lebih optimal. Manajemen kelas diartikan sebagai upaya merancang lingkungan fisik kelas, menciptakan lingkungan yang positif bagi pembelajaran, membangun & menegakkan aturan, mengajak murid bekerjasama serta menggunakan strategi komunikasi yang baik. Menata Lingkungan Fisik Kelas Menata lingkungan fisik kelas bisa dilakukan dengan prinsip Kurangi kepadatan di tempat siswa lalu-lalang Contoh posisikan rak buku secara terpisah/agak jauh dari benda lain. Pastikan posisi guru mudah melihat/memantau siswa secara keseluruhan. Materi pengajaran dan perlengkapan siswa harus mudah diakses. Saat presentasi dilakukan di kelas, pastikan bahwa posisi semua siswa bisa melihat dengan baik. Upayakan penataan tempat duduk yang sesuai agar tiap siswa tak perlu menggeser kursi saat ingin menyaksikan apa yang disajikan di kelas. Pengaturan posisi tempat duduk di kelas juga penting untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut adalah beberapa gaya penataan kelas yang bisa dipilih. Auditorium style semua siswa menghadap ke arah guru. Ini cocok digunakan saat guru sedang menjelaskan di depan atau seseorang sedang melakukan presentasi di depan. Face to face style perlu diperhatikan bahwa penggunaan gaya ini meningkatkan distraksi dari siswa lain jika dibandingkan dengan auditorium style. Offset style gaya ini lebih minim distraksi jika dibandingkan dengan face to face style dan akan efektif untuk memfasilitasi kegiatan belajar yang perlu kerjasama siswa. Seminar style gaya ini efektif jika guru ingin siswa bisa saling bicara satu sama lain serta berbicara secara langsung dengan guru. Cluster style gaya ini sesuai diterapkan jika guru sedang ingin mengadakan kegiatan belajar yang memerlukan kolaborasi antar siswa. Membuat Aturan di Kelas Beberapa prinsip dalam membuat aturan di kelas antara lain adalah masuk akal dan sesuai kebutuhan, jelas dan mudah dipahami, konsisten dengan tujuan belajar-mengajar serta konsisten dengan aturan sekolah. Membangun Kerjasama dan Komunikasi Mengajak siswa bekerjasama dalam pembelajaran dapat dilakukan oleh guru dengan cara Mengembangkan hubungan yang positif dengan siswa Contohnya guru menunjukkan perhatian kepada siswa agar mereka merasa gurunya mau memahami dirinya. Berbagi tanggung jawab di kelas dengan siswa. Dalam hal ini guru mendorong siswa untuk mengambil peran aktif misalnya dengan memberi mereka tanggung jawab saling mengawasi pelaksanaan aturan di kelas, menjaga kebersihan, mendorong mereka memulai diskusi atau presentasi, dsb. Berikan imbalan yang sesuai. Jika siswa menunjukkan perilaku sesuai dengan harapan tidak ada salahnya jika mereka diberi hadiah atau penghargaan misalnya siswa yang aktif dalam pembelajaran diberi penghargaan siswa teladan. Selain perlu membangun kerjasama dengan siswa, guru juga perlu menjadi komunikator yang baik agar mudah diterima oleh siswa. Beberapa strategi menjadi komunikator yang baik adalah Berbicara dengan pilihan kata yang mudah dipahami dengan suara dan intonasi yang jelas dan tepat. Menjadi pendengar yang aktif bagi siswa mau memperhatikan dengan seksama, mau memastikan kembali apakah yang guru tangkap/pahami sudah benar sesuai dengan yang dimaksudkan siswa, serta memberi umpan balik yang sesuai. Menggunakan bahasa tubuh dan ekspresi wajah yang bersahabat. Menghadapi Perilaku Bermasalah Dalam proses pembelajaran di kelas kadang-kadang siswa menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan bahkan mengganggu kegiatan. Menyikapi hal itu guru bisa mengambil tindakan sebagai berikut. Intervensi Minor Menggunakan isyarat non verbal contohnya dengan melakukan kontak mata dengan siswa, menggelengkan kepala atau meletakkan jari telunjuk di depan mulut agar siswa yang gaduh bisa diam. Lanjutkan kegiatan kadang kelas menjadi tidak kondusif karena ada jeda terlalu lama antara satu kegiatan dengan lainnya maka di sini melanjutkan kegiatan perlu dilakukan agar situasi menjadi terkendali. Dekati siswa yang memperlihatkan perilaku bermasalah. Meski terlihat sederhana, perpindahan posisi guru mendekat ke siswa bisa jadi isyarat baginya. Arahkan kembali perilakunya Contoh “Ingat ya, semuanya diminta mengerjakan soal”. Berikan instruksi yang mereka butuhkan. Kadang siswa menunjukkan perilaku yang tidak sesuai karena ia bingung atau belum paham apa yang harus dikerjakan. Secara jelas dan tegas menyuruh siswa berhenti melakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Beri siswa pilihan. Letakkan tanggung jawab pada siswa untuk memilih dan buat mereka paham adanya konsekuensi dari perilaku yang mereka pilih. Intervensi Moderat Mencabut privilege/tidak memberikan aktivitas yang siswa dengan perilaku bermasalah itu inginkan. Misalnya saat itu sebenarnya boleh berpindah tempat di kelas atau mengerjakan tugas bersama teman, tetapi karena ia justru menyalahgunakan kebebasan, saat itu dia dilarang melakukan apa yang sebelumnya boleh dilakukan. Membuat perjanjian perilaku/kesepakatan dengan siswa. Mengeluarkannya dari kelas atau membuatnya masih berada di dalam kelas namun memisahkannya dari yang lain menerapkan time out dengan memberikan alasan yang jelas dan batas waktu yang jelas Contoh “Karena Kamu memukul Budi, maka kamu harus diam di sini selama 30 menit!”. Memberikan sanksi. Berikan sanksi yang sesuai dengan konteks saat muncul perilaku bermasalah atau sesuai dengan apa yang ia langgar Contoh Saat mengganggu teman di pelajaran matematika padahal semua siswa seharusnya mengerjakan soal matematika, maka ia diberi sanksi mengerjakan soal lebih banyak. Model Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ABK ABK memiliki karakteristik dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk memenuhi hak mereka mendapatkan pendidikan sebagaimana anak lainnya dengan menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan belajarnya, bukan memaksa mereka menjadi sama dengan anak lainnya. Berikut adalah beberapa model yang dapat diterapkan untuk memfasilitasi pendidikan bagi ABK. Segregasi Adalah sistem pendidikan dimana anak berkebutuhan khusus terpisah dari sistem pendidikan anak non berkebutuhan khusus. Contoh Sekolah Luar Biasa. Integrasi Sistem pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus yang bertujuan memberikan pendidikan yang memungkinkan ABK memperoleh kesempatan mengikuti proses pendidikan bersama dengan siswa non berkebutuhan khusus agar dapat mengembangkan diri secara optimal. Dalam sistem ini anak ABK diharuskan mengikuti serangkaian prosedur misalnya terapi terlebih dahulu agar ia bisa menyesuaikan diri di sekolah umum. Inklusif Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar ABK dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama teman seusianya. Sekolah terlebih dahulu direstrukturisasi supaya bisa mengakomodasi kebutuhan ABK, bukan ABK yang “dipaksa” menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah pada umumnya. Sehingga kebutuhan ABK bisa terpenuhi. Itulah beberapa pokok bahasan materi yang ada dalam kajian psikologi pendidikan yang patut kita cermati agar bisa mengoptimalkan pembelajaran.
Sementaraitu, Psikologi pendidikan adalah ilmu yang menerangkan tentang aktivitas individu dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pen . 286 449 55 134 375 428 227 390

pertanyaan tentang landasan psikologi pendidikan